Di dunia, lebih dari satu juta wanita didiagnosis kanker payudara setiap tahun, ini merupakan 23% dari seluruh kasus keganasan pada wanita. Di Inggris, kanker payudara selama periode 25 tahun 1980-2004 insidennya meningkat sebanyak 53%. Sementara insiden kanker payudara pada tahun 2004 terendah adalah di China 18,7 per 100.000 wanita dan tertinggi di Amerika Serikat 101,1 per 100.000 wanita. Usia puncak dari keganasan payudara adalah 30-50 tahun. Data Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia (BRK-IAPI) 1994 memperlihatkan bahwa persentase kanker payudara wanita menduduki urutan kedua tertinggi (11,77%) setelah kanker rahim (17,70%) dari semua kasus tumor di seluruh senter Patologi Anatomi di Indonesia, dan merupakan 17,11% dari keseluruhan insiden kanker pada wanita setelah kanker leher rahim (24,14%).
pengobatan kanker payudara meliputi : pembedahan, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi, biologi terapi. Pembedahan dan radioterapi sebagai modalitas terapi lokal, sedangkan kemoterapi, imunoterapi, biologi terapi sebagai modalitas terapi sistemik. Modalitas terapi ini merupakan suatu kesatuan. Keberhasilan kemoterapi pada kanker payudara didasarkan pada evaluasi secara objektif terhadap respons terapi pasca kemoterapi. Kemoterapi diberikan dalam berbagai regimen / protokol dengan respons terapi antara 22% - 70%. Karsinoma payudara stadium lokal lanjut memerlukan kemoterapi neoadjuvan yaitu kemoterapi yang diberikan sebelum pembedahan, adapun kemoterapi neoadjuvan lini pertama yang digunakan di Indonesia merujuk pada protokol
Echinacea sp suatu tanaman yang berasal dari Amerika Utara dipercaya mempunyai aktifitas terhadap sistem imun sebagai imunostimulator. Bergner P membuktikan bahwa pemberian Echinacea oral pada individu normal secara bermakna meningkatkan jumlah total lekosit, netrofil, limfosit, dan monosit, sedangkan eosinofil dan basofil tidak terdapat peningkatan yang bermakna.
Echinacea purpurea yang diberikan pada penderita karsinoma gaster yang mendapatkan kemoterapi paliatif dengan etoposide, leucovorin dan 5-fluorouracil (ELF) secara efektif dapat mengurangi efek lekopeni yang diakibatkan oleh kemoterapi. Kemampuan imunostimulator dari Echinacea sp adalah peningkatan proliferasi makrofag dan fagositosis, sekresi interferon, tumor necrosis factor (TNF), dan interleukin-1 (in vitro and in vivo) sebagai respon imun non spesifik. Sementara respon imun spesifik berupa peningkatan jumlah dan aktifitas dari limfosit T dan natural killer (NK) sel. Netrofil yang selama ini diketahui berperan dalam pertahanan terhadap infeksi bakterial ternyata juga memiliki peran penting dalam mengeliminasi sel kanker. Stockmeyer B etal. membuktikan secara in vitro bahwa netrofil merupakan sel efektor poten terhadap sel kanker payudara manusia, adanya ikatan antibodi pada sel tumor memicu efek sitotoksisitas netrofil terhadap sel tumor dikenal sebagai Ab-dependent cellular cytotoxicity (ADCC), selain itu juga memicu efek apoptosis netrofil terhadap sel tumor yang dikenal sebagai Ab-dependent apoptosis of the target cells (ADAC).
Cooley TR dan Grant M menemukan bahwa tiga suplemen herbal yang terbanyak dikonsumsi oleh penderita keganasan di Amerika Serikat secara berurutan adalah Black Cohosh, St. Johns Wort, dan Echinacea. Dy GK etal. melakukan survei terhadap 102 penderita keganasan di Amerika Serikat dan menemukan bahwa konsumsi suplemen terbanyak adalah vitamin dan mineral (89,3%), sementara yang mengkonsumsi herbal 71,4% dengan tiga urutan terbanyak : teh hijau 29,8%, Echinacea (13,1%), dan Essiac (9,5%). Atas dasar potensial Echinacea purpurea sebagai imunostimulator dan kemampuan menginduksi apoptosis pada sel tumor, maka diasumsikan Echinacea purpurea yang diberikan selama kemoterapi dapat memperkecil efek mielosupresi dan memperbesar efek apoptosis dari kemoterapi.
No comments:
Post a Comment