Simulator merupakan salah satu alat bantu dalam radioterapi, utamanya radiasi eksterna. Dengan alat yang menyerupai perangkat radiologi diagnostik ini ditentukan lapangan radiasi pada pasien. Penentuan ini berpijak pada kaidah ”volume” atau cakupan, sehingga dituntut dari seorang spesialis radiasi onkologi kemampuan anatomik (lokasi tumor, organ kritis bila ada). Pengertian mengenai karakter setiap tumor ( penjalaran tumor), aspek fisika (arah radiasi, jarak sumber ke kulit atau sumbu) dan sebagainya.
Karena keluaran simulator ini merupakan acuan untuk terapi radiasi, maka diperlukan faktor persisi yang tinggi. Semua faktor yang digunakan di sini harus sama dengan yang berlaku pada alat terapi, termasuk sinar laser sebagai pemandu keselarasan posisi tubuh.
Guna memperoleh tingkat akurasi yang lebih tinggi maka diperlukan pula bantuan skenning komputer tomografi terutama untuk daerah yang sulit dan sempit seperti pada kanker prostat, kanker sinus paranasal atau nasoparing dan untuk mengurangi kemungkinan terkenanya organ kritis terhadap radiasi.
PRINSIP PENCITRAAN PADA SIMULATOR
Aplikasi teknologi digital dalam proses pencitraan sinar- x pada pemeriksaan radiologi, umumnya dimanfaatkan untuk tujuan efisiensi faktor eksposi, sekaligus untuk meningkatkan kualitas gambar radiografi. Kebutuhan akan citra radiografi yang berkualitas ternyata tidak hanya dibutuhkan untuk proses simulasi penyinaran pada perencanaan pengobatan radioterapi. Proses simulasi penyinaran pada radioterapi menghasilkan salah satu out put yang berupa citra radiografi (foto terapi) yang dihasilkan oleh pesawat simulator radioterapi.
Dalam radioterapi energi yang digunakan umumnya berkisar antara 50 KV – 10 MV yang ditujukan untuk mematikan sel-sel ganas (kanker), namun dalam pelaksanaannya tidak hanya sel-sel ganas yang terkena radiasi, tapi jaringan sehat sekitarnya juga ikut terkena. Maka untuk meminimalisasi jaringan sehat sekitarnya dan memaksimalkan pada sel-sel ganas, diperlukan suatu perencanaan penyinaran yang tepat (treatment planning).
Salah satu tahapan penting dalam perencanaan penyinaran radioterapi adalah simulator.
Simulasi penyinaran radioterapi pada dasarnya adalah proses pencitraan sinar-x secara fluoroskopi yang seolah-olah melakukan tehnik penyinaran seperti seperti dengan pesawat treatment radioterapi yang sesungguhnya. Hal ini diperlukan agar tehnik penyinaran yang akan diberikan pada pasien benar-benar mencapai sasaran secara optimal dan akurat.
Dari proses simulasi didapatkan beberapa parameter untuk penyinaran, yaitu :
- Luas lapangan penyinaran.
- Sudut dan arah sumber penyinaran.
- Blokade daerah yang harus dilindungi.
- Tehnik penyinaran (SSD/SAD).
- Jarak sentrasi.
- Sudut kolimasi.
Hal-hal yang harus dimiliki sebagai syarat minimum dari pesawat simulator adalah
- Memiliki kolimator yang diputar 360º terhadap axis sentrasi.
- Memiliki indikator penunjuk jarak Source Axis Distance ( SAD).
- Memiliki meja pemeriksaan yang rata, data diatur naik turun (vertical), maju-mundur (longitudinal), digeser kiri-kanan(lateral) dan dapat diatur dari axis sejauh 360º(rotation).
Prinsip dasar dari proses pencitraan dalam simulasi adalah :
- Set up posisi simulasi (posisi pasien)
- Melakukan fluoroskopi terhadap pasien pada perkiraan lokasi penyinaran.
- Gambaran fluoroskopi diteruskan ke image intensifier, lalu keperangkat sirkuit elektronik dan ditampilkan di monitor fluoroskopi.
- Akuisisi posisi simulasi selanjutnya dilakukan eksposi yang menghasilkan foto simulator (foto terapi).
Wednesday, June 10, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)